Berbicara mengenai sekolah Maria Assumpta, tentu tak akan lengkap tanpa berbicara mengenai keunikan-keunikan siswa-siswi Maria Assumpta. Pada profil kali ini akan membahas mengenai Dalang Cilik yang merupakan siswa kelas 7 SMP Maria Assumpta bernama Yohanes Axel Agung Wicaksono.
Dalang cilik yang akrab dipanggil “Axel” ini begitu piawai memainkan perannya sebagai seorang dalang. Belum lama ini, tanggal 1 Januari 2016, Axel mendalang memainkan wayang dalam lakon “Kongso Adu Jago”, mengawali pertunjukan wayang kulit yang dimeriahkan oleh Ki Purbo Asmoro dalam rangka HUT 50 tahun Gereja Santa Perawan Maria Wedi. Axel yang beralamatkan di Ploso arum, Sekarsuli, Klaten Selatan, Klaten ini mengaku mencintai dunia dalang sejak kecil, tepatnya ketika kelas menginjak kelas 3 SD, Axel masuk ke sanggar “Omah Wayang” untuk menggeluti perannya sebagai dalang cilik atas dukungan dan dorongan dari kedua orangtuanya, yaitu Ig. Sutarno dan Th. Sri Sulistyowati. Axel, yang merupakan alumni SD Maria Assumpta, mengaku bahwa memang dari pihak orang tua tidak memiliki darah sebagai seorang dalang, namun dia mengatakan bahwa dia merasa prihatin bahwa sekarang ini sangat sedikit sekali generasi muda yang mau berkecimpung melestarikan warisan budaya yang sarat dengan nilai-nilai moral dan spiritual tersebut. Kecintaannya terhadap seni wayang bermula dari kebiasaan melihat pagelaran wayang di televisi, kemudian orangtua yang mengetahui bahwa anaknya memiliki atensi terhadap wayang, membelikannya kaset CD mengenai wayang. Dan akhirnya Axel mulai belajar untuk memainkan wayang untuk pertama kalinya ketika orangtuanya membelikan wayang saat ada pentas wayang di gedung RSDP Klaten setiap malam Selasa Kliwon.
Axel yang sangat mengidolakan tokoh dalang Ki Bayu Aji dan Ki H. Mantep Soedarsono berujar,”Tidak mungkin mengaku mencintai budaya Indonesia tanpa ada niat untuk melestarikan dan mengapresiasinya sebelum diklaim oleh bangsa atau negara lain”. Axel yang memang bercita-cita menjadi dalang profesional ini kelak ingin melanjutkan studi tingkat tingginya di Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta untuk memoles pengetahuan, keterampilan, dan bakatnya dalam hal dunia wayang. Dia mengatakan jika cita-citanya menjadi dalang tidak kesampaian, maka dia ingin menjadi seorang pengrawit.
Axel pun mengakui bahwa saat ini, keluarga, teman-teman, dan juga guru-gurunya di sekolah pun sangat mendukung minatnya menjadi dalang cilik. Berbagai kesempatan pentas di gelar budaya pun pernah dia rasakan. Prestasi sebagai dalang cilik pun tak boleh dianggap sebelah mata. Axel yang merupakan anak pertama dari tiga bersaudara ini pernah meraih penghargaan Juara Haparan II dalam kegiatan Festival Dalang Anak se-Solo Raya. Baru-baru ini bahkan Axel meraih penghargaan juara I Festival Dalang Anak se-Kabupaten Klaten, tepatnya pada akhir Agustus yang lalu.
Saat ditanya mengenai tokoh wayang apa yang menjadi favoritnya, dia mengaku mengagumi sosok Gatotkaca. Tokoh yang terkenal memiliki otot kawat tulang besi ini menjadi inspirasinya untuk menjadi pribadi yang kuat. Gatotkaca terkenal memiliki kesaktian yang luar biasa dan menggunakan kesaktian tersebut untuk membela kebenaran dan memerangi kebatilan. Di penghujung wawancara, Axel yang sudah tampil sebagai dalang cilik sebanyak 20 kali selama kariernya pun menitipkan pesan untuk para pembaca dan terutama teman-teman sebayanya,”Kita boleh mengagumi budaya asing yang masuk ke negara kita, kita pun boleh mengikuti arus perkembangan jaman seturut dengan apa yang menjadi trending topic yang sedang ada. Namun, kita juga harus tetap mencintai budaya kita sendiri, apapun itu karena itu merupakan buah karya dari para pendahulu. Dan kita juga harus merasa bangga dengan semua itu karena budaya Indonesia terkenal memiliki nuansa pesan moral yang sangat kental”.
Bravo Axel …
Selamat mewujudkan cita-citamu …
Salam Serviam … !!