Pembelajaran Integrated Learning atau sering disebut IL merupakan model pembelajaran era 4.0 yang membekali para siswa memiliki kecakapan dalam hal berpikir kritis, kreatif, komunikatif dan kolabiratif. Baru-baru ini SMP Maria Assumpta melakukan kembali proses IL dengan memberikan warna yang sedikit berbeda dari biasanya. Selama memasuki semester genap ini, seluruh siswa melakukan tahapan IL dengan dorongan motivasi dari orang tua, guru dan teman. Tahapan pertama yang siswa lakukan ialah literasi. Proses ini terjadi selama tiga minggu,dan di tahap ini guru mata pelajaran memberikan berbagai materi, sumber belajar, artikel, video, dan bacaan sesuai dengan materi yang akan disampaikan. Para siswa juga disuguhkan dengan berbagai pertanyaan dan persoalan yang mengandung unsur HOTS (Higher Order Thinking Skills). Dengan pertanyaan dan persoalan tersebut, para siswa dilatih dalam berpikir kritis dan kreatif serta dapat memecahkan suatu masalah dengan tepat.
Tahap selanjutnya ialah perencanaan dan produksi. Tahap ini berlangsung selama tujuh hari berturut-turut dengan wacana yang sudah dijadwalkan. Pada proses tersebut para siswa merencanakan produk yang akan mereka buat. Lebih dari itu, siswa melakukan pembagian tugas, menentukan tampilan produk dan tahapan dalam pengerjaannya. Selanjutnya para siswa menentukan target audiens untuk proses communicating. Hal ini salah satu yang membedakan dari IL sebelumnya. Pada IL sebelumnya, para siswa mengirimkan langsung hasil produk dalam kemasan sebuah video pada guru-guru pendampingnya. Tetapi untuk perubahan saat ini, para siswa diharapkan mampu mempublikasikan secara langsung produk dalam wujud benda kepada target audiens.
Para siswa juga sangat mendukung dan bersemangat saat melaksanakan tahap akhir yaitu komunikasi, refleksi dan revisi. Tahap ini seluruh siswa mengkomunikasikan atau mempublikasikan produk yang sudah dibuat kepada target audiens.Sebagai wujud apresiasi diri, pada tanggal 8-9 Februari 2022 seluruh siswa kelas VII, VIII, dan IXmemamerkan hasil produknya dengan bangga kepada target audiens. Proses communicating bermula dari kelas VII dengan target audiens adik-adik SD kelas 1-6. Sebelum memamerkan hasil produk, pihak SMP dan SD sudah merundingkan mengenai persiapan dan proses communicating dengan baik. Hingga tibalah kesempatan kelas VII untuk berkunjung ke SD dengan membawa produk hasil karya mereka.
Sorak gembira adik-adik SD membekali langkah kelas VII untuk semakin bersemangat saat akan menampilkan hasil usaha selama seminggu ke belakang. Dengan rasa percaya diri dan didukung dengan tampilan power point di layar kelas, mereka mulai menyajikan dengan sebaik yang mereka bisa. Terlebih dulu, para siswa SMP melakukan 6S yang menjadi pedoman para siswa SMP, yaitu senyum, salam, sapa, sopan, santun dan rasa semangat kepada adik-adik kelasnya. Kelas VII mulai mengkomunikasikan hasil produk mereka dengan menjelaskan dan menceritakan awal mula proses literasi kemudian perencanaan dan produksi. Namun pada saat proses communicatingbersama adik-adik kelas SD terdapat kendala yang memberikan pengaruh baik bagi para siswa kelas VII. kendala tersebut dirasakan oleh seluruh siswa karena kesulitan dalam memilih kata dan kalimat saatproses penjelasan. Tetapi mereka dapat menyesuaikan meski dengan gestur dan mimik wajah yang gugup.
Seusai melalui proses penjelasan dan pengenalan produk, para siswa kelas VII memberikan kesempatan untuk adik-adik SD dalam bertanya, berkomentar, memberi saran maupun pujian dan juga kritik. Pada saat itu adik-adik SD masih nampak bingung akan memberikan respon apa, namun guru kelas memberikan motivasi dan semangat untuk adik-adik SD dalam memberikan tanggapan. Dengan diselingi tatapan yang malu-malu dan saling tunjuk satu dengan yang lainnya, serta saling bertukar tawa kecil, akhirnya mereka mau memberikan respon. Respon yang disampaikan terdengar sangat sederhana dan jujur. Kesan menarik terasa dari kelas 2A,terlihat seorang gadis kecil memberikan pertanyaan dan saran yang sangat bagus. Gadis yang bernama Vella menyampaikan rasa bingungnya terhadap produk komik yang dibuat oleh kakak-kakak SMP. Ia menambahkan supaya tampilan produk tersebut lebih diberi warna dan gambar manusia agar lebih menarik perhatian. Kesan lainnya yang menarik lagi terjadi saat suster turut memberikan pertanyaan kritis tentang hasil produk yang sudah dipamerkan tersebut. Rasa gugup melanda diri para siswa kelas VII dalam menjawab pertanyaan suster, tetapi mereka mampu menjawab dengan kondisi dan keadaan yang sebenarnya.
Kelegaan setelah melakukan communicating tampak nyata di raut wajah siswa dan siswi kelas VII. akhirnya mereka dapat melaluinya dengan cukup baik, meskipun kendala dan tantangan sempat terjadi. Kemudian guru pendamping mulai menuntun langkah para siswa kelas VII kembali menuju ruang masing-masing. Di dalam ruangan, guru pendamping memberikan evaluasi untuk kebaikan diri dan kelompok di IL selanjutnya. Para siswa mendengarkan dengan seksama dan merefleksikan apa yang sudah mereka lakukan. Guru pendamping memberikan motivasi lebih lagi agar para siswa dapat menghargai setiap proses pembelajaran dan dapat mengubahnya lebih baik lagi.
Masih di hari dan tanggal yang sama, seluruh siswa dan siswi kelas VIII dan IX juga melakukan communicating dengan target audiens yang berbeda. Untuk kelas VIII target audiens yang ditentukan ialah para siswa kelas IX. Sedangkan untuk kelas IX target audiensnya ialah orang dewasa. Berbagai serangkaian communicating secara keseluruhan hampir sama. Para siswa mempersiapkan diri terlebih dahulu dengan membuat penjelasan singkat melalui power point dan memperbaiki kembali hasil produk supaya lebih baik lagi ketika akan ditampilkan.

Siswa dan siswi kelas VIII juga tak kalah semangat dengan adik kelasnya saat akan menampilkan produk. Dari kelas ke kelas, mereka menjelaskan serangkaian proses pembuatan produk dari awal hingga akhir. Beberapa siswa juga tampak gugup saat melakukan communicating dengan kakak kelasnya. Meski begitu, para siswa kelas IX memberi semangat kepada adik kelasnya dengan memberi respon yang positif untuk kemajuan diri mereka. Produk kelas VIII ini ialah pembuatan poster berbahasa inggris dengan tema Gotong Royong sebagai Wujud Semangat Persatuan Bangsa. Melalui tema tersebut, para siswa kelas VIII mampu mengemas ke dalam poster yang menarik dengan tambahan gambar dan berbagai warna yang menempel pada berbagai jenis kertas dan styrofoam, tak lupa juga bingkai-bingkai unik untuk mempertegas bagian pinggirnya. Dan semua berjalan dengan baik dan lancar.
Sebelum beranjak ke cerita selanjutnya, ada sebuah kalimat yang berbunyi “Guru dan mentor terbaik serta paling pintar adalah kegagalan”. Bukan tanpa alasan kalimat tersebut terlampir dalam beranda cerita ini. Tahap IL yang penuh dengan proses, tantangan juga hambatan tak menyurutkan semangat menggelora bagi seluruh siswa SMP Maria Assumpta. Salah satu kelompok bimbingan yang berasal dari kelas IX, pada tahap produksi mengalami kegagalan. Styrofoam yang mereka susun mengalami kebocoran dan tidak kuat menahan tanah yang mereka masukkan ke dalamnya. Bagi seluruh siswa kelas IX styrofoam merupakan alat yang penting, karena Sebagian besar kelas IX dalam proses pembuatan kulkas tanpa listrik dan freon, menggunakan alat tersebut. Tetapi kegagalan yang hanya sementara itu tidak mematahkan semangat mereka. Hari berikutnya, mereka membuat lagi dari awal yang berujung pada keberhasilan. Pada hari itu seluruh siswa kelas IX cukup antusias dan siap untuk menyajikan hasil karya mereka di depan audiens. Untuk target audiens, dihadirkan dari berbagai kalangan keluarga besar Kampus Maria Assumpta.Di tengah-tengah proses communicating terjadi dinamika yang sangat baik antara siswa dan audiens.Terlihat kehadiran suster, bapak ibu guru TK, SD maupun SMP yang aktif memberikan respon positif terhadap produk kulkas tanpa listrik dan freon, yang dihasilkan para siswa kreatif tersebut.
Akhir dari sebuah proses memang terkadang tidaklah sempurna. Tetapi kesempurnaan akan menjadi indah jika siapapun dapat menghadapi semua tantangan dan hambatan dengan baik dan penuh rasa saling menghargai serta mensyukuri.
Salam SERVIAM.