(0272) 321936 [email protected]

Melihat wajah kedua anak ini yang begitu teduh nan bersahaja, tentu kita tak akan heran bahwa kedua anak ini memiliki cita-cita menjadi seorang pastor.

Memang, jika kita berbicara mengenai kampus Maria Assumpta, tentu tidak akan ada habisnya menelurkan bakat-bakat calon pastor yang nantinya akan menjadi gembala bagi umatnya. Kehadiran dua bocah yang meniti jalan untuk menjadi seorang pastor ini, sungguh terasa sebagai sebuah oase yang menyejukkan di tengah semakin sedikitnya tanggapan panggilan di kalangan anak muda.

Berita kali ini, akan menceritakan mengenai kedua siswa SMP Maria Assumpta yang baru saja diterima di Seminari Menengah Mertoyudan. Siswa yang berada di sebelah kiri bernama lengkap Fendy Krisnanto, yang akrab dipanggil Fendy, dan yang sebelah kanan bernama Kristhoporus Migkoyan Eko Ardianata, yang akrab dipanggil dengan nama Ian.

Fendy merupakan putera pasangan Bapak Antonius Kusdiyono dan Ibu Theresia Sri Handayani yang lahir di Klaten, tanggal 9 Juni 2001 yang lalu. Fendy yang tinggal di Jombor RT 03/RW 01 Jombor, Ceper, Klaten merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Dia mengaku, sampai saat ini masih aktif dalam kegiatan gereja sebagai misdinar di Gereja St. Theresia Jombor sejak kelas 4 SD. Ketika ditanya mengenai bagaimana dia menanggapi hidup panggilannya, dia bercerita bahwa sesungguhnya ketika kecil dia bercita-cita menjadi seorang tentara. Ketika menginjak kelas 8 SMP, tumbuh dalam hatinya niat untuk menjadi seorang pastor setelah mendapat informasi pengalaman dari beberapa frater. Dia juga menjelaskan bahwa niatnya menjadi seorang pastor adalah karena dia sudah beberapa kali diajak untuk ikut live in ke biara para biarawan-biarawati beberapa kongregasi yang ada di Indonesia. Sehingga dia menjadi paham betul apa yang menjadi tugas keseharian para biarawan biarawati yang membaktikan seluruh hidupnya untuk karya karitatif bagi umat.

Fendy yang agak pemalu dan hobby menggambar ini menceritakan bagaimana dia termotivasi menjadi pastor karena dia ingin menjadi seorang pelayan umat, pelayan Tuhan, dan juga berbagi warta gembira bagi semua orang. Dia berprinsip bahwa hidup cuma sekali, maka buatlah kebaikan pada orang lain agar hidup dapat bermanfaat bagi orang lain dan menyenangkan hati Tuhan. Dia pun berujar, dia sudah memiliki bayangan untuk masuk ke kongregasi imam projo.

Fendy juga menceritakan bagaimana kecintaanya pada hidup membiara tumbuh karena latar belakang keluarga yang memang sangat mendukung cita-citanya untuk menjadi seorang pastor. Fendy, yang bersama dengan teman – teman misdinar pernah menjadi juara dalam lomba Tarsisius Cup di Surakarta tahun 2014 yang lalu, menceritakan pengalamannya menjadi siswa di SMP Maria Assumpta. Sekolah katolik baginya sangat memperhatikan kualitas dan disiplin tinggi. Menurutnya, iman kristiani yang dimiliki jadi lebih mendalam dan pola pendidikan sehari-hari yang dirasakan sangat mendukung dalam mewujudkan cita-citanya tersebut. Anak yang menyukai pelajaran matematika dan agama ini berharap, ketika dia menjadi seorang pastor kelak di kemudian hari, ia akan menjadi pastor yang dekat dengan anak-anak.

Teman sekelas Fendy yang bernama Ian (pada foto sebelah kanan) juga memiliki cita-cita untuk menjadi seorang pastor. Putera pasangan Bapak Ancelmus Sulardiyantomo dan Ibu Emerita Dhiana Rachdyawati yang lahir tanggal 7 Desember 2000 lalu di Klaten ini menceritakan bahwa awalnya dia tertarik dengan panggilan hidup untuk berkarya di ladang Tuhan sejak kelas 6 SD setelah melihat pastor yang memakai jubah/kasula yang menurutnya tampak gagah sebagai seorang pemimpin. Dia pun menjadi tertarik untuk mengikuti jejaknya menjadi gembala umat. Ian yang tinggal di Perum. Cipta Griya Bersinar F.17, Kalikotes, Klaten dan aktif di kegiatan misdinar dan OMK Gereja Maria Assumpta Klaten ini dengan penuh antusias menceritakan bahwa pada awalnya dulu dia juga bercita-cita sebagai seorang tentara. Namun, setelah sekian kali mengikuti misa dan pada suatu ketika, dia merasakan sentuhan panggilan setelah mendengarkan bacaan dan homili, maka tumbuh motivasi untuk jadi imam, mengikuti Yesus sebagai Gembala yang melayani serta memimpin domba-dombaNya ke jalan yang benar.

Anak berbadan kecil yang hobby membaca komik dan bermain game ini mengutarakan perasaan bangganya bisa bersekolah di sekolah katolik. Menurutnya, sekolah katolik turut memiliki andil di dalam membentuk karakter dan kepribadiannya saat ini. Sekolah katolik memiliki nilai plus, selain memperhatikan masalah akademik dan keterampilan, nilai-nilai pendidikan dasar katolik juga sangat kental terasa dalam setiap proses pembelajarannya di sekolah. Ian pun bercerita bahwa kelak dia tidak ingin menjadi seorang imam hanya untuk sekedar profesi saja, namun sungguh dijiwai dengan semangat kepedulian, cinta kasih, dan pengorbanan. Dan menutup sesi wawancara dengannya, dia berujar, keinginan menjadi pastor semakin kuat lewat sabda-sabda Tuhan yang dia dengarkan, baik di gereja maupun di sekolah.

Dan akhirnya, semoga cita-cita mulia kedua anak ini bisa terwujud di masa yang akan datang.
Selamat belajar, selamat memperispakan masa depan yang cerah untukmu berdua nak ….
Semoga Tuhan memampukan kalian untuk meraih apa yang selama ini kalian cita-citakan ….