Reportase kegiatan Live In oleh Mikaela Grevia Janice
Kelas 8B SMP Maria Assumpta
“Jauh dari keribetan kota, jauh dari polusi, tanpa gadget, jauh dari orangtua”. Ya, itu semua yang akan kita alami selama 4 hari.
-Day 1-
Tiba waktunya kami anak-anak kelas delapan SMP Maria Assumpta melaksanakan kegiatan Live In. Pantas saja teman-teman dan aku sendiri sangat bersemangat untuk melakukan kegiatan ini karena kegiatan ini merupakan yang pertama kali. Kami berangkat pukul 08.30, dengan didahului doa dan foto setiap kelas. Kami berangkat tidak menggunakan bus, mobil namun kami berangkat menggunakan truck. Aku sendiri benar-benar sudah merasakan kesederhanaan diawal. Untuk mengurangi rasa bosan Odhi memainkan gitarnya dan yang lainnya bernyanyi, saat seperti inilah yang aku harapkan pada kelas 8B, sungguh aku merasakan kebersamaan yang sesungguhnya pada 8B.
Sesampainya di Gereja St. Paulus Deles, kami langsung masuk untuk mendengarkan pengarahan dari Bapak Ketua Wilayah Deles dan Suster Wido. Setelah pengarahan selesai, aku dan Sita, teman satu rumahku, dijemput oleh salah satu anggota keluarga baru kami. Sesampainya di rumah, betapa bahagianya aku dan Sita, disambut dengan hangat oleh Bapak Widi dan Ibu Widi yang akan menjadi Ayah dan Ibu kami yang baru di tempat ini. Betapa aku merasakan kasih sayang dan perhatian luar biasa dari mereka. Langsung kami pun dipersilahkan untuk masuk. Aku dan Sita ditunjukkan kamar tempat kami tidur. Setelah itu kami beranjak ke ruang tamu dan langsung disuguhi makanan serta minuman, sembari menikmati minum, kami berkenalan dan berbagi cerita, canda, dan tawa bersama kedua orangtua baruku. Baru kali ini aku merasakan kebersamaan dengan keluarga tanpa adanya gangguan dari “gadget”.
Setelah kami saling berkenalan dan berbincang-bincang, aku dan Sita memulai kegiatan yang pertama, yaitu mencuci baju.Di rumah aku jarang sekali untuk mencuci baju, namun di sini aku harus mandiri. Aku berusaha untuk mencuci baju sendiri. Susahnya mencuci di sana yaitu harus menimba air dari tempat penampungan air, padahal kalau di rumah langsung pakai kran, namun di sini harus menimba dahulu, itung-itung senam tangan hehe…
Pertama masuk di daerah kamar mandi rasanya jijik sih, tapi bagaimanapun caranya aku harus menghilangkan rasa jijik karena mau tidak mau aku mandi dan mencuci di situ.Ternyata hidup di sini tuh tidak senyaman di kota ya? Setelah aku dan Sita mencuci, langsung kami menjemur baju. “Sedih ya Sit, gak terlalu panas. Eh, kok tiba-tiba malah mendung”, celetukku. Hari itu aku dan Sita masih santai karena belum diberi pekerjaan. Saatnya makan siang, kami pun makan dengan lauk sederhana. Disaat kami makan ada guru yang datang, untuk menengok. Nah, di sini beda lagi dengan kehidupanku di rumah, yang biasanya aku setelah makan tidak langsung mencuci piring, tapi di sini aku harus langsung mencuci piring setelah digunakan. Setelah mencuci piring, tiba-tiba hujan pun turun. Aku dan Sita langsung berlari keluar mengambil jemuran. Aku dan Sita bermain dengan Karin, dia adik baru di keluarga ini. Betapa aku merasakan keakuran bersama dengan sang adik, Hmmm… bersyukur lagi. Setelah itu, aku dan Sita cuma santai aja,karena belum diberi pekerjaan, keburu gatel ini tangan, pengen kerja… kerja… dan kerja…
Moo …moo … Tik…tik… Mbek… mbek…
Suara-suara yang jarang aku dengar saat aku hidup di kota. Udara yang sejuk, mengingatkanku pada orang tuaku di rumah. Beberapa saat setelah lamunanku mengambang, Bu Widi mengetuk pintu kamar, Sita pun membukakan. Ternyata Bu Widi hendak berpamitan mau pergi dalam rangka “njagong manten“. Yahh… aku dan Sita di rumah sendiri deh. Melewati setengah hari tanpa pekerjaan, ternyata bosan juga.
Sore pun tiba, Aku dan Sita bergegas untuk mandi. Aku dan sita harus menimba air lagi, karena aku kesal sampai bilang “ Argh! Ribet banget to!!”. tapi sejenak, aku pu tersadar, aku tidak boleh berkata seperti itu, aku jadi bisa lebih belajar untuk bersabar, bersabar dalam segala hal, tidak hanya dalam menimba air. Akhirnya, Sita dulu yang mandi, baru setelah itu aku gantian untuk mandi. Setelah mandi, aku dan Sita mencuci baju. Hmmmm, benar-benar merasakan hidup mandiri.
Malam pun tiba, saatnya kami sekeluarga untuk mengikuti ibadat Rosario dan Novena Roh Kudus. Sesampainya di tempat ibadat, ibadatpun langsung dimulai. Ibadat di Lingkungan Yudas Tadeus Surowono menggunakan bahasa jawa. Setelah ibadat selesai, ada sedikit sambutan dari Bu Yustina dan Bu Desti selaku guru pendamping kami. Disana aku merasakan keakraban antara warga yang satu dengan warga yang lain, istilah bahasa jawanya “guyub“. Setelah ibadat selesai, aku dan keluarga baruku pun langsung pulang kerumah. Sesampainya dirumah aku dan Sita disuruh untuk makan lagi, haduhh..pulang-pulang nambah gemuk ini…hehe. Setelah makan, aku dan Sita langsung masuk kamar untuk beristirahat, karena pada saat itu memang udara terasa begitu dingin dan kami pun merasakan kantuk yang sangat. Sebelum tidur aku merefleksikan kegiatanku hari pertama ini, aku mendapat banyak nilai-nilai yang bisa aku terapkan setiap hari setelah aku pulang dari sini, nilai-nilai itu ialah “Kebersamaan”
-Day 2-
Kring … kring … Kukuruyukk …
Suara itu membangunkanku, aku pun terbangun dan mengucap syukur pada Tuhan, karena aku masih diberi nafas dan kesehatan, semoga hari kedua menyenangkan.
Aku membangunkan Sita, setelah kami berdua sudah melek lebar, kami langsung keluar untuk menyapu halaman. Udara yang segar dan sejuk membuat penambah semangat hari ini. Yang paling menyenangkan pada awal pagi ialah, saat aku berbicara ada asap yang keluar dari mulutku, hehe heran aku broo…
Setelah selesai menyapu halaman, aku dan Sita ingin jalan-jalan menikmati udara sejuk di Surowono ini. Aku dan Sita, berpamitan pada Ibu Widi. Akhirnya kami diijinkan, Aku, Sita, Denisa, dan Fitri jalan-jalan di sekitar Surowono ini. Aku benar-benar merasakan udara yang sejuk, tanpa polusi. Alam pagi pun bernyanyi lewat suara sapi, kicauan burung, suara kambing …. Sungguh membuat hatiku damai. Tuhan sungguh luar biasa! Kami mendatangi beberapa rumah singgah teman kami untuk mengajaknya berjalan-jalan menikmati indahnya Gunung Merapi. Aku bersyukur atas semua ciptaan Tuhan yang diberikan pada manusia. Setelah jalan-jalan, aku dan Sita bertemu dengan ibu kami yang sedang memasak di rumah anaknya untuk dijual di pasar. Astaga…ternyata tempat anaknya itu di tempati oleh Ananta dan Rio. Aku dan Sita membantu menggoreng bakwan dan mengantarkannya ke pasar. Setelah itu, kami membantu berjualan sebentar. Lalu kami pulang dan dibawakan bubur untuk sarapan.
Kami pulang, dan sarapan dengan makanan yang sederhana. Aku merasakan hidup sederhana tanpa kemewahan sangat mengasyikkan. Walau nikmat dalam kesederhanaan harus aku dapatkan melalui kerja keras juga, namun semuanya itu terasa sungguh nikmat. Setelah itu kami membantu ibu di rumah, membereskan rumah,mencuci dll. Menjelang sore, aku dan Sita mandi, harus menimba… dan menimba lagi… Malam pun tiba, saatnya untuk ibadat Rosario dan Novena Roh Kudus. Berhubung tempat ibadat yang cukup jauh, maka aku dan Sita harus naik motor. Saat dalam perjalanan menuju tempat ibadat, udara dingin begitu menusuk badan. Gelapnya jalan yang harus dilalui di sini tidak seperti di kota yang banyak lampu-lampu di pinggir jalan. Setelah sampai ditempat ibadat, ibadatpun langsung dimulai, setelah selesai kami langsung pulang, di rumah aku dan Sita disuruh makan, setengahnya makan ada yg mengetuk pintu “Janice..Janice..Sitaa” Ayah kami pun membukakan pintu, aku dan Sita ikut keluar,ternyata teman-teman laki-laki. Beberapa menit kami bersendau gurau bersama dengan kebersamaan dan kesederhanaan. Setelah mereka pulang aku dan Sita melanjutkan makan dan sebelum tidur,aku kembali berefleksi, dan aku mendapatkan arti penting yang bisa aku tanamkan yaitu “Kesederhanaan”.
-Day 3-
Moo..moo… kukuruyuk..
Mentari terbangun tanda hari baru tlah dimulai, kami langsung bangun. Setelah kami bangun, kami langsung menyapu halaman,setelah menyapu halaman aku dan Sita diajak Denisa dan Fitri untuk jalan-jalan. Aku dan Sita bergegas menuju ke rumah keluarga Anan, di sana kami berdua membantu menggoreng bakwan, dan mengantar bakwan. Setelah mengantar kami tidak ikut bejualan, langsung disuruh pulang dengan dibawakan bubur. Aku dan Sita langsung pulang. Setelah sarapan, aku dan Sita, langsung mandi, dan membantu ibu dalam membereskan rumah, memasak, mencuci.
Tidak terasa, aku tinggal disini tinggal 1 hari. Rasanya cepat sekali … Kalau boleh tambah, aku minta tambah sebulan deh, di sini jadi lebih mengetaui arti hidup yang sesungguhnya, hidup sederhana tanpa kemewahan. Rasanya tidak mau pisah dengan keluarga baru yang penuh dengan kehangatan dan kesederhanaan ini.
Sejenak kami pun menimati istirahat kami. Sekitar jam 1 siang, aku dan Sita bergegas untuk mandi, karena keburu dingin dan jam 3 sore kami harus pergi ke gereja. Saat kami akan berangkat ke gereja, seketika hujan pun turun menyambut, haduhh….. Rempong …
Elsa dan Digna menghampiri Aku dan Sita. Kami pun pergi ke gereja dengan berjalan kaki. Sesampainya di gereja, aku dan Elsa langsung masuk Sankristi karena kami ditunjuk untuk tugas doa umat dan mazmur. Misa pun dimulai yang dipimpin oleh Rm.Jarot. Setelah berkat anak selesai, giliran kami siswa-siswi SMP Maria Assumpta berkesempatan untuk mengucapkan terimakasih dan salam perpisahan kepada umat di wilayah Deles. Kami beberapa anak, menampilkan atraksi Vocal Grup sebagai kado perpisahan sekaligus kenang-kenangan dari kami, yang diiringi dengan gitar dan kendang. Kami menyanyikan 4 buah lagu yaitu, Mars Serviam, Karena Aku Kau Cinta, DoReMi, dan Sayonara. Kami bangga sekali karena hanya dengan 3 kali latihan, penampilan kami bisa dibilang sukses dan kami pun mendapatkan tepuk tangan yang meriah dari seluruh umat yang hadir.
Misa pun selesai. Aku dan Sita tidak langsung pulang, tetapi kami bertemu dengan teman-teman untuk saling menanyakan kabar, kemudian aku dan Sita bergegas pulang karena keburu Ibadat Rosario dan Novena. Setelah sampai di rumah, aku dan Sita langsung ganti baju dan langsung berangkat. Ibadat Rosario dan Novena pun dimulai. Kegiatan ibadat rosario dan novena malam ini adalah ibadat terakhir kami di lingkungan ini. Setelah acara selesai, sebelum pulang, Pak Tanto (pendamping kami) memberikan beberapa patah kata ucapan terimakasih dan salam perpisahan dengan umat Lingkungan Yudas Tadeus Surowono.
Setelah meninggalkan lokasi ibadat, aku, Sita dan Ibu Widi tidak langsung pulang. Kami diajak untuk mencari makan. Setelah sampai rumah, aku dan Sita langsung ke kamar, karena belum bisa tidur aku dan Sita keluar untuk nonton TV dengan ibu Widi. Hari ini aku merasakan penuh dengan sukacita dan kebersamaan yang sangat mendalam bagiku.
Hoamm … sudah ngantuk. Aku dan Sita beranjak ke kamar untuk istirahat malam. Sebelum tidur aku merenungkan, malam ini, malam terakhir aku tidur di sini. Terakhir kalinya merasakan dinginnya malam di tempat ini. Aku merasa bersyukur bisa berada di sini untuk lebih mengerti apa arti hidup yang sesungguhnya. Aku belajar memahami apa arti sebuah kerja keras, gotong royong, kesederhanaan, serta kebersamaan. Semoga Tuhan bisa mempertemukanku kembali dengan keluarga baruku di lain waktu. Aku menyayangi keluarga baruku.
-Last Day-
Moo … mooo … mbekk…mbek …
Mentari kembali bersinar, tanda hari baru sudah mulai, tak terasa hari ini aku dan Sita sudah akan pulang. Aku dan Sita bangun lalu ikut Ibu memasak di rumah keluarga Anan. Sampai di sana, aku dan Sita langsung membantu memasak makana yang akan dijual. Setelah semua matang, aku, Sita, Rio, dan Anan membantu membawakan dagangan dan membantu untuk menjualnya. Menyenangkan!
Setelah beberapa jam menjajakkan dagangan kami dan laris, kami diminta untuk pulang dan dibawakan lah lagi bubur untuk sarapan. Aku dan Sita pulang lalu sarapan. Setelah sarapan, kami pun mandi. Setelah mandi, kami keluar dan meminta kepada Pak Widi agar diperbolehkan untuk ikut mnecari rumput (ngarit). Ternyata tempat untuk ngarit cukup jauh. Di ladang tempat aku mencari rumput, aku melakukan hal yang sebelumnya tidak pernah aku lakukan. Ya ampun gatal dan susah…
Setelah mendapatkan banyak rumput, kami langsung pulang. Sesampainya dirumah aku dan Sita cuci kaki dan tangan setelah itu kami membereskan kamar dan mengemasi barang-barang untuk pulang.
Menunggu jam untuk pulang aku dan Sita menghabiskan waktu untuk berbincang-bincang dengan “orangtua” kami. Waktu menunjukkan pukul 11.15, kami segera berpamitan dengan Ayah, Ibu dan keluarga baru kami. Ibu berpesan “semoga kalian jadi anak yang pintar, nurut dengan orang tua, dan bisa mengejar cita-cita biar kelak jadi orang sukses, jangan lupa sama agama. Tuhan memberkatimu nak…”. Setelah berpamitan aku dan Sita menghampiri Fitri, kemudian menghampiri Anan, Rio, Ryan dan Giga. Kami berjalan menuju gereja. Setelah semuanya berkumpul, kami semua pulang kembali ke Klaten.
Waktu yang memisahkan kami dengan keluarga baru kami. Terimakasih Ayah dan Ibu yang telah mengajarkan kami untuk hidup sederhana, hidup dengan penuh kebersamaan. Terimakasih Surowono akan sebuah kenangan yang indah. Sekarang, aku tidak mendengar lagi suara sapi, sudah tidak lagi menghirup udara yang sejuk di pegunungan, merasakan kebersamaan dan kekeluargaan tanpa gadget, tidak lagi merasakan serunya ikut berjualan, ikut ngarit. Semua kehidupan desa yang damai, tenang, dan tentram baru saja kami tinggalkan.
Terimakasih Tuhan sudah memberikan kesempatan untuk merasakan kehidupan yang sebenarnya.
Terimakasih Surowono! Terimakasih Ayah, Ibu, Mbak Tari, Karin, Fendy, Mas Hadi atas semua kebersamaan yang kita lalui selama 4 hari. Selamat tinggal keluargaku, semoga Tuhan mempertemukan kita kembali di lain waktu.
Selamat Tinggal Surowono! Terimakasih untuk pelajaran hidupnya..
Pengalaman yang menyenangkan dan bermanfaat untuk belajar mandiri